Alat Penunjuk Arah Bagi Tunanetra Berhasil Diciptakan oleh Mahasiswa UAD
Alhamdulillah, semangat DAN kegigihan membantu sesama dapat diciptakan Alat Penunjuk Arah Bagi Tunanetra, oleh Son Ali, Mahasiswa Teknik Elektro UAD.
Media Republika telah mengulas tentang penemuan tersebut. Selengkapnya dapat dibaca dibawah.
YOGYAKARTA — Son Ali Akbar, mahasiswa tehnik elektro angkatan 2008, Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berhasil menciptakan sebuah alat bantu penunjuk arah bagi para tunanetra. Uniknya alat penunjuk arah ini menggunakan microcontroler dan sensor magnet yang dihubungkan dengan kompas digital.
Alat bantu penunjuk arah bagi tunanetra ini berhasil menjuarai lomba pengembangan teknologi yang di gelar Kementerian Riset dan Teknologi bekerja sama dengan Masyarakat Peduli Industri Kecil Indonesia (Maspik) tingkat Provinsi DIY, 21 Juli 2012 lalu.
Menurut Ali, alat tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu topi yang ditempeli kompas digital dan panel saklar on-off, sabuk yang berisi empat magnet getar dan tas punggung yang berisi alat microcontroler.
“Topi ini fungsinya selain untuk alat pelindung kepala juga berfungsi sebagai alat menghidupkan atau mematikan microcontroler,” terangnya di kampus UAD, Senin (23/7).
Topi tersebut dihubungkan ke alat microcontroler yang juga terhubung ke sabuk getar yang diikat di pinggang orang tuna netra. Menurut Ali, tuna netra yang membutuhkan penunjuk arah tinggal berdiri tegak dan memencet tombol ‘on’ pada saklar di topi. Kompas digital yang terpasang di topi langsung akan terhubung dengan microcontroler yang
juga terhubung ke sabuk getar. “Bagian sabuk yang bergetar itu yang menunjuk arah utara,” terangnya.
Diakuinya, tuna netra akan langsung tahu arah angin lainnya setelah tahu arah utaranya. Ali sendiri memanfaatkan alat getar dari perangkat handphone untuk dipasang di sabuk getar tersebut. “Selama ini tuna netra hanya menggunakan patokan sinar matahari untuk penunjuka arah,” jelasnya.
Ali sendiri membuat alat ini selama sebulan. Dia terinspirasi dari rekannya yang tuna netra saat dibangku SMA. Karena ingin membantu rekannya agar bisa beraktivitas maksimal, maka Ali menciptakan alat tersebut. Untuk membuat alat itu, Ali menghabiskan dana sekitar Rp 1 juta.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Yulianingsih